BENGKULU,infosumatera.com- Memperkuat ketahanan pangan serta untuk menekan inflasi, Pemerintah Provinsi Bengkulu melalui Biro Ekonomi bersama Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu menggelar Capacity Building Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Dhita Aditya Nugraha mengatakan bahwa tantangan ekonomi saat ini bersifat multi dimesi. Secara global kata Dhita dinamika Geopolitik,pragmentasi, rantai pasok serta normalisasi kebijakan moneter di negara maju telah menciptakan ketidak pastian yang tinggi.
“Meskipun begitu ketidakpastian perekonomian global sedikit mereda dengan adanya kesepakatan sementara antara Amerika Serikat dan Tiongkok untuk menurunkan tarif impor selama 90 hari, ”ujarnya Saat memberikan materi dalam acara Capacity Building TPID Provinsi Bengkulu di Bapelkes 3 Juni 2025..
Perkembangan ini mengakibatkan lebih baiknya, prospek perekonomian dunia bila dibandingkan dengan proyeksi April 2025 dari sebelumnya 2,9 persen menjadi 3,0 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesi juga perlu terus diperkuat sehingga dapat memitigasi dampak ketidakpastian global akibat kebijakan tarif resiprokal AS. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2025 4,87 persen year on year lebih rendah dari tirwulan IV tahun 2024 sebesar 5,02 persen.
Sementara itu,Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, menegaskan capacity menjadi momentum strategis membangun Bengkulu mandiri dan berdaya saing.
“Meski menghadapi tantangan ekonomi global seperti ketegangan geopolitik, gangguan rantai pasok, hingga pengetatan moneter, ekonomi Bengkulu tetap tumbuh positif, ujar dia
Perekonomian Bengkulu tumbuh sebesar 4,84 persen pada triwulan I tahun 2025. Angka inflasi relatif rendah di 0,39 persen.
Kewaspadaaa terhadap tekanan inflasi pangan sensitif sekali terhadap kondisi pasokan, sehingga selalu waspada.
Langkah konkret didorong oleh Pemprov Bengkulu adalah pembentukan Koperasi Desa Merah Putih.
Koperas akan berperan sebagai agregator komoditas serta menjembatani akses pembiayaan bagi petani kecil dan pelaku usaha mikro.
Skema ini akan memanfaatkan dukungan dari lembaga keuangan syariah, perbankan digital, dan sinergi antar pemangku kepentingan.
“Koperasi Merah Putih bukan hanya wadah ekonomi desa, tetapi juga pilar ketahanan pangan lokal. Digitalisasi koperasi, pelatihan manajemen usaha, serta kolaborasi lintas sektor dengan OJK dan perbankan menjadi fokus utama penguatan kelembagaan,” terang Herwan
Dukungan data dan analisis dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta kolaborasi erat dengan pemerintah kabupaten/kota menjadi faktor penting dalam percepatan program ini.
Pendekatan berbasis data yang akurat diharapkan mampu mengidentifikasi titik rawan inflasi serta menyusun intervensi yang tepat sasaran.
“Pembangunan Bengkulu mandiri dan sejahtera harus dimulai dari desa. Ketika petani memiliki akses pasar dan pembiayaan, serta terlindungi dari gejolak harga, maka ketahanan pangan dan kesejahteraan akan meningkat secara simultan,” tutup Herwan Antoni.
Sinergi kuat antara pemerintah daerah, di Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu, lembaga keuangan, dan masyarakat yang ada sangat di harapkan keberadaannya
Kgiatan capacity building TPID ini dapat menjadi tonggak penting dalam penguatan sistem pangan lokal dan pemberdayaan ekonomi desap-desa di seluruh wilayah Provinsi Bengkulu.*