Oleh : Hendri , SST. M.Si
infosumatera.com-Petani kopi di provinsi Bengkulu saat ini sedang bergembira karena harga biji kopi terus naik.Meroketnya harga jual kopi ini dipengaruhi oleh produksi kopi dunia yang menurun akibat pengaruh cuaca ekstrim yang melanda sejumlah negara penghasil kopi di dunia. Kanikan harga jual komoditi kopi di provinsi Bengkulu seharusnya memberi dampak positif secara signifikan bagi petani kopi. Namun rantai distribusi yang panjang dan tidak efisien, serta meningkatnya kasus pencurian biji kopi petani menyebabkan kenaikan harga jual kopi belum dapat maksimal dinikmati oleh petani kopi, sehingga belum begitu berdampak positif bagi kesejahteraan petani di Provinsi Bengkulu.
Salah satu tolak ukur kesejahteraan masyarakat suatu daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi berhubungan erat dengan kegiatan produksi barang dan jasa, dimana semakin banyak hasil produksi barang atau jasa berarti semakin tinggi juga pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Berdasarkan data BPS perekonomian provinsi Bengkulu di triwulan I tahun 2024 masih didominasi oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanaan sebesar 29,07persen. Tingginya sumbangsih atau konstribusi sektor pertanian ini, dikarenakan masih luasnya wilayah yang digunakan sebagai lahan untuk pertanian, dan rata-rata masyarakat kabupaten/ kota di provinsi Bengkulu masih banyak bekerja pada sektor pertanian sebagai mata pencarian utama.
Hasil Sensus Pertanian 2023 menunjukkan ada tiga komoditi perkebunan yang dominan atau banyak di usahakan oleh petani di provinsi Bengkulu yaitu perkebunan kelapa sawit, kopi dan karet. Perkebunan kopi yang dominan terdapat di kabupaten Rejang Lebong dan kabupaten Kepahiang. Data dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, produksi kopi perkebunan rakyat tahun 2023 telah menghasilkan produksi kopi sebesar 50.745 ton per tahun dengan lahan seluas 73.296 hektar. Dengan produksi yang banyak ini, Bengkulu merupakan provinsi kelima terbesar penghasil kopi di Indonesia.
Meningkatnya harga jual biji kopi saat bulan Ramadhan (Maret 2024) lalu melambung tinggi hingga mencapai angka Rp60.000 per kg, dibandingkan bulan Ramadhan tahun sebelumnya yang hanya berkisar Rp 20.000 per kg. Harga jual biji kopi Bengkulu itu bahkan masih terus naik menjadi Rp70.000 per kg jika dijual dalam kondisi petik merah. Harga Rp 60.000 per kg merupakan harga biji kopi petik hijau atau biji asalan di tingkat petani.
Petani kopi di Provinsi Bengkulu mengusahakan berbagai jenis kopi, mulai dari Arabika, Robusta, hingga Liberika. Kopi Bengkulu masih didominasi oleh varian kopi Robusta, selain kopi Arabika yang juga berpotensi untuk bisa lebih dikembangkan. Kabupaten Kepahiang dan RejangLebong merupakan kabupaten terbesar menghasilkan puluhan ribu ton kopi kering siap edar setiap tahunnya.
Meskipun kenaikan harga jual kopi dan produksi yang cukup besar di provinsi Bengkulu, seringkali petani kopi menja dipihak yang paling sedikitmendapatkan keuntungan dalam rantai distribusi kopi. Sebagian besar keuntungan justru dinikmati pedagang besar yang memainkan peran sebagai perantara. Disamping itu petani juga menjadi takut karena seringnya aksi pencurian kopi yang semakinberingas. Pencuri saat ini tidak hanyamencuri kopi yang sudah dipanen, seperti di dalam pondok tetapi juga mencuri kopi secara langsung di batangnya. Harga kopi yang mahal, membuat sebagian petani harus meninggalkan aktivitas lain dan fokus dengan menjaga kopi. Sebagian petani kopi di kabupaten rejang Lebong dan Kepahiang berjaga bersama di kawasankebun kopi, beberapa petani bahkan bermalam hingga berhari-hari di pondok kebun kopi.
Panjang rantai disribusi kopi Bengkulu pada umumnya melibatkan pedagang kecil di tingkat desa atau kecamatan, selanjutnya dijual ke pedagang besar di tingkat kabupaten. Kemudian baru di jual ke padagang antar provinsi atau langsung eksportir, tentunya di setiap pedagang mengambil keuntungan. Menurut Prof.Dr. Sriulina Shinta Lingga “petani yang berada pada rantai distribusi pendek lebih sejahtera di banding pada rantai distribusi panjang”.
Mengingat besarnya potensi kopi di provinsi Bengkulu dan meningkatnya harga jual biji kopi supaya lebih berdampak bagi kesejahteraan petani dan untuk meningkatkan perekonomian provinsi Bengkulu beberapa solusi bisa dilakukan antara lain. Meningkatkan produktifitas kopi dengan cara menggunakan pupuk organik, dan terus melakukan intensifikasi pertanian, menggunakan bibit unggul.
Rasa aman dan nyaman juga harus diciptakan bagi petani kopi dengan meningkatkan keamanan dari aparat pemerintah, panjangnya rantai distribusi kopi juga harus diatur marjin maksimal ditingkat pedagang memperpendek rantai disribusinya akan lebih baik lagi jika petani kopi diberi pelatihan untuk mengelola kopinya. Peran serta pemerintah khususnya pihak terkait sangat dibutuhkan dalam memberikan penyuluhan, bagaimana cara agar produktifitas meningkat serta program-program bantuan seperti bantuan bibit unggul dan pupuk bersubsidi untuk petani kopi supaya peningkatan harga biji kopi dapat lebih berdampak positif bagi petani kopi di provinsi Bengkulu.
Penulis adalah Statistisi AhliMuda BPS Provinsi Bengkulu