,

Kenangan Saat Kecil Bersama Orangtua, Masak Sekubal Kuliner Lampung Ketika Idul Fitri,

oleh -31 Dilihat

Oleh : Iksan Agus Abraham, SH

BENGKULU, infosumatera.com- Saat idul Fitri tiba di era 80-an dalam rumah kami di Kelurahan Kampung Bali dahulu hampir setiap tahun tersedia kuliner  Lampung yakni Sekubal.

Makanan ini dibuat dari beras ketan dicampur santan kelapa. Kemudian dibungkus daun pisang dan dikukus. Sebelum dikukus dan telah di bungkus, ketan dicampuir santan kelapa di aron dulu.

Sepintas sekubal mirip dengan lemang yang dibakar di dalam bambu. Lain Sekubal lain pula lemang

Makan sekubal paling enak bersama gulai daging rendang. Bisa juga dengan opor ayam, atau dicolet sambal terasi saja.

Sekubal merupakan makanan khas orang Lampung atau Ulun Lappung, setia hari Raya tiba, terutama hari Raya Idul Fitri.

Bagi kami sekeluarga kuliner ini tidak asing,lantaran orang tua memang berasal dari Kota Bumi Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

Seklias tentang Keluarga kami, Buyah dan Ibu, kami menyapanya  menikah pada  Agustus 1963 di Kota Bumi Lampung Utara. Resepsi pernikahan mereka tergolong mewah dan besar. Orang-orang di Kampung saat itu banyak yang menyaksikan. Tidak lama mereka menikah  keduanya merantau ke Ibu Kota Jakarta.

Disana orang tua kami (buyah) diasuh oleh kakak Kandungnya yang kami sapa wak Ibu  yang memiliki rumah di kawasan Menteng Jakarta pusat. Saat itu kawasan Menteng merupakan lokasi elite masyarakat Jakarta.

Selanjutnya pada Agustus 1976 Buyah kami berpindah tugas ke Bengkulu. Kami memilkiki saudara delapan (8) orang dan pada 1 Januari 1980 bertambah adik kami yang bungsu bernama Iwan Subrata.

Biasanya ketika hari raya telah dekat, satu atau dua hari, sebelum hari raya tiba kami sekeluarga adik-beradik  bergotong royong membuat sekubal

Sudah tentu Buyah kami yang saat itu Dinas di Kementerian Keuangan , di Kantor Perbendaharaan Negara (KPN) Bengkulu serta bergelar adat Lampung Pepadun Sutan Rajo Laksano memimpin cara membuatnya.

Mulai dari menyiapkan cetakan, yang dibuat dari bambu dipotong kecil-kecil, menyiapkan daun pisang, menyediakan tali rapia sebagai pengikat dan lain sebagainya.

Jadilah kegiatan memasak sekubal menjadi kenangan menyenangkan. Selain karena turut membantu kedua orang tua memasak makanan tradisional leluhur mereka, juga sebagai penanda hari raya semakin dekat saja.

Seperti biasa saya anak urutan nomor 6, tidak memiliki posisi khusus dalam proses membuat. Kadang-kadang ikut nenjaga api agar tetap menyala, yang biasanya direbus memakai dandang di perapian kayu bakar. Jangan dibayangkan cukup beratnya tugas ini. Tapi karena keinginan orangtua mau tak mau dilakukan atau bagian mencetak sekubal. Mencetak sekubal ini sebenarnya sangat mudah, kita cukup masukkan adonan ketan ke dalam potongan bambu sekitar 1-1,5 cm. Kemudian ditekan-tekan menggunakan daun pisang muda. Pekerjaan mencetak sekubal cukup membuat kita berkeringat bergantung banyak atau sedikitnya membuat sekubal. Saya tak ingat persis berapa jumlahnya tapi setidaknya sebaskom atau dua baskom untuk memenuhi kebutuhan lebaran yang biasanya dua hari tersebut.

Saya biasanya tinggal menerima beres saja, ketika sekubal itu sudah matang dan siap disantap saat hari raya tiba.

Alhasil satu atau dua hari jelang lebaran kami sekeluarga  sibuk sekali membuat sekubal sambil tetap berpuasa,  sementara baju lebaran masingg-masih sudah disiapkan untuk  dipakai.

Sekubal ini, menu favorit keluarga saat hari raya tiba, tetangga akan berdatangan ke rumah untuk  mengucapkan selamat hari raya sambil tentunya ingin menikmati sekubal ketan buatan keluarga kami

Penulis  adalah Advokat di LBH Kepahiang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.