Oleh Iksan Agus Abraham,SH
BENGKULU, infosumatera.com-Pembaca Budiman. Anda mungkin pernah mendengar istilah Fatamorgana. Secara Bahasa Fatamorgana berarti fenomena alam yang menciptakan ilusi optic, di mana suatu objek atau pemandangan tampak berbeda dari keadaan sebenarnya karena pembiasan Cahaya oleh lapisan udara dengan kepadatan berbeda.
Tetapi istilah ini juga dapat berarti atau digunakan untuk merujuk pada hal yang bersifat khayalan dan tidak mungkin dicapai seperti harapan atau hubungan tidak sehat.
Sebagai contoh peristiwa fatamorgana berupa fenomena alam tersebut bisa terjadi Ketika seseorang sedang berada di gurun pasir yang sangat luas. Orang tersebut dapat melihat seakan-akan ada genangan air yang cukup banyak di depan matanya atau dalam jarak pandangnya. Saat itu kondisi seseorang ini berada dalam kehausan. Dapat saja dia mempercepat langkahnya karena merasa telah menemukan air untuk diminum.
Penjelasan Fatamorgana di Padang Pasira atau ditempat-tempat laindalam Ilmu Fisika dapat terjadi karena Cahaya Matahari dibiaskan saat melewati lapisan udara dengan suhu berbeda. Hal ini menyebabkan objek yang sebenarnya tidak ada akan terlihat seolah-olah ada.
Udara panas di dekat tanah memantulkan Cahaya sehingga menimbulkan ilusi atau oasis di kejauhan yang sebenarnya Adalah pantulan langit. Dapat dibayangkan betapa menderitanya seseorang Ketika sedang tersesat di Tengah Padang Pasir dan mengalami efek Fatamorgana.
Merujuk kepada pengertian di atas, Fenomena Fatamorgana dapat terjadi di mana saja, seperti di lautan, atau di jalan aspal saat panas sedang Terik-teriknya. Intinya Fenomena ini bisa terjadi karena adanya perbedaan suhu yang signifikan di dekat permukaan tanah atau air oleh lapisan udara di atasnya.
Keragaman Bahasa Indonesia ternyata memunculkan arti lain untuk kata Fatamorgana seperti yang diterangkan di atas. Artinya Adalah hanya khayalan belaka, dan tidak mungkin terjadi. Istilahnya Adalah Metofora.
Dalam Kesusateraan Indonesia Metafora disebut juga Gaya Bahasa artinya Adalah Frasa yang bukan merujuk pada arti yang sebenarnya.
Dapat saja orang mengucapkan kata ini, seperti “ah itu hanya fatamorgana, sesuatu yang tak mungkin terjadi atau hanya khalayan belaka.
Penulis adalah Advokat di Bengkulu
