Oleh : Tarjuli, M.Pd
infosumatera.com-Dalam konteks kehidupan sehari-hari, banyak orang cenderung mencari perlindungan dan ketenangan di tempat-tempat ibadah, seperti Masjid Mushola dan lain-lain, ketika menghadapi situasi sulit atau bencana.
Fenomena ini dapat dipahami melalui beberapa aspek psikologis, sosial, dan spiritual.
1. Keterikatan Emosional dan Spiritual
Ketika bencana datang, baik itu bencana alam, penyakit, atau krisis pribadi, individu sering kali merasa tertekan dan tidak berdaya.
Dalam keadaan seperti ini, mereka mencari tempat yang memberikan rasa aman dan ketenangan.
Rumah Allah menjadi simbol harapan dan perlindungan.
Dalam Islam, rumah Allah (Masjid) adalah tempat di mana umat beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2:186), Allah berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah selalu dekat dengan hamba-Nya yang memohon pertolongan-Nya.
Ketika bencana terjadi, banyak orang merasa lebih terdorong untuk berdoa dan meminta bantuan kepada Tuhan.
2. Kesadaran Akan Keterbatasan Diri
Bencana sering kali menyadarkan manusia akan keterbatasan mereka sebagai makhluk ciptaan Allah.
Dalam situasi darurat, kesadaran ini mendorong individu untuk kembali kepada nilai-nilai spiritual dan mencari dukungan dari Yang Maha Kuasa.
Ini adalah saat di mana iman diuji dan diperkuat melalui pengalaman kesulitan.
Namun, ketika keadaan kembali normal atau tidak ada ancaman yang jelas, banyak orang cenderung melupakan pentingnya hubungan spiritual tersebut.
Mereka mungkin merasa aman dalam rutinitas sehari-hari sehingga mengabaikan kewajiban untuk beribadah secara konsisten.
3. Kebiasaan Sosial dan Lingkungan
Lingkungan sosial juga memainkan peran penting dalam perilaku seseorang terhadap rumah ibadah.
Saat terjadi bencana, biasanya ada peningkatan aktivitas komunitas di rumah ibadah; orang berkumpul untuk saling mendukung satu sama lain secara emosional maupun material.
Namun setelah situasi membaik, kebiasaan ini bisa memudar karena kurangnya dorongan sosial untuk berkumpul.
Di dalam Al-Qur’an Surah Al-Anfal (8:24), Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jawablah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila dia menyeru kalian kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kalian…”
Ayat ini menekankan pentingnya menjawab panggilan Tuhan dalam setiap keadaan—baik saat susah maupun senang—sebagai bentuk pengabdian yang konsisten.
Kesimpulan
Fenomena di mana orang berlindung di rumah Allah saat bencana tetapi lupa ketika tidak ada bencana mencerminkan sifat manusia yang sering kali hanya ingat akan Tuhan dalam keadaan terdesak.
Hal ini menunjukkan perlunya kesadaran akan pentingnya menjaga hubungan dengan Tuhan sepanjang waktu, bukan hanya pada saat-saat krisis.
Penulis adalah : Kepala Sekolah di SDN 82 Kabupaten Bengkulu Tengah