Oleh Iksan Agus Abraham, SH
infosumatera.com – Bulan suci ramadan 1445 H, akan segera tiba. Masyarakat Dunia, Indonesia dan Provinsi Bengkulu khususnya bersiap menyambutnya Jika tidak meleset perhitungan, bulan penuh rahmat dan ampunan bagi ummat islam itu, tinggal 84 hari lagi.
Namun kick off pelaksanaannya biasanya menunggu pengumuman resmi dari pemerintah. Dilansir dari sebuah sumber Muhammadiyah akan mulai melaksanakan puasa 11 Maret 2024, sedang versi pemerintah pada keesokannya atau 12 Maret 2004.
Dalam Kitab suci Al-Quran, surat Al-Baqarah ayat 183 menjadi dasar perintah kewajiban melaksanakan shaum ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertaqwa.
Hukum puasa adalah wajib, dan Allah sendiri yang akan langsung membalas pahala orang yang mengerjakan. Hal itu dikarenakan, puasa merupakan ibadah yang sangat agung, ”Puasa itu untukKU, dan Aku sendiri yang akan membalasnya (Hadist Qudsi).
Kemulyaan, ibadah puasa, dapat tergambar dari tingkatan pahala orang yang mengerjakan. Beberapa ulama menyebutkan amalan sunnah yang dikerjakan dalam bulan puasa, akan diganjar seperti halnya mengerjakan amalan wajib.
Dalam bulan ini terdapat satu malam yang sangatlah mulia sekali. Malam itu dinamakan malam lailatul Qadr (malam penuh kemuliaan) Dalam Al-Surat surat Al-Qadr saat malam itu tiba ribuan malaikat turun ke bumi dipimpin oleh Malaikat Jibril untuk mengatur urusan seluruh mahluk Allah untuk satu tahun ke depannya.
Kaum Muslimin di dunia, terlebih-lebih di Tanah Air, akan menyambut bulan suci tesebut dengan penuh riang gembira. Sampai bergembiranya, masyarakat kita di mana saja berada entah di Kota maupun di pelosok-pelosok Desa, pada sahur pertamanya berlomba menyiapkan makanan spesial. Walau dalam keadaan ekonomi terbatas makan dengan dengan daging baik daging Sapi atau daging ayam biasanya akan dijadikan santapan utama.
”Walau tidak banyak, sedikit jadilah yang penting ada, ”kata teman penulis beberapa waktu lalu.
Itulah karakter masyarakat kita, yang memiliki jiwa bergembira saat akan menyambut bulan Ramadan. Simbolnya, walau hidup susah, dan serba terbatas, namun jangan sampai saat sahur perdana tak ada makanan yang membangkitkan selera sehingga saat puasa dikeesokan harinya jadi lebih bersemangat.
Selain itu pula disebagian tradisi masyarakat Indonesia, jelang pelaksanaan puasa, minimal sehari atau dua hari sebelumnya, melaksanakan mandi yang sedikit berbeda dari biasanya. Mandi itu dinamakan mandi belimau, atau mandi dengan memakai harum-haruman. Pelaksanaan mandi ini, bisa dikerjakan sendiri-sendiri atau bersama-sama ditepi sungai.
Kemudian ada pula yang melaksanakan ziarah kubur, sebelum memulai ibadah puasa. maksudnya untuk mendoakan karib kerabat yang telah meninggal dunia. Sekaligus pula mengingatkan bagi yang hidup, juga akan meninggal dunia.
Semua kegiatan tersebut mengandung simbolisasi penyucian diri, baik jasmani maupun rohani sebelum melaksanakan puasa. Semua itu dilakukan karena ramadan merupakan bulan yang agung, alias tamu yang sangat mulia, yang hanya tiba setahun sekali itu. Pada bulan itu Muslimin Muslimat akan berpuasa setiap hari bisa selama 29 hari atau 30 hari.
Selanjutnya selama berpuasa, orang yang melaksanakan akan menahan diri tidak makan dan minum serta melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat merusak amal ibadah puasa mulai dari waktu shubuh sampai masuk waktu mahrib. Kemudian di malam harinya dilanjutkan dengan melaksanakan salat tarawih di Masjid dengan berjamah dan menambah kegiatan lain seperti membaca Al-quran (Tadarus) serta amal-amal kebaikan lainnya.
Bagi orang-orang shaleh akan melakukan persiapan yang lebih khusus lagi, terkait dengan bulan Ramadan ini. Antara lain dengan memperbaiki ilmu pengetahuan yang dimilikinya mengenai tata cara berpuasa, seperti tentang niat puasa, larangan-larangan saat berpuasa, tata cara salat saat berpuasa baik wajib maupun sunnah biasanya menjadi waktu untuk mengkoreksi apakah sudah sesuai dan tepat seperti yang di ajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.